Rabu, 08 November 2023

HIMA PBSI UNY Gelar Lomba Pembawa Acara 2023 Diikuti oleh Mahasiswa DI Yogyakarta

 

Peserta Lomba Pembawa Acara

YOGYAKARTA — Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMA PBSI) Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya (FBSB) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menyelenggarakan Lomba Pembawa Acara 2023. Sasaran untuk perlombaan yakni mahasiswa aktif se-DIY. Perlombaan ini merupakan bagian dari serangkaian acara Bulan Bahasa PBSI UNY 2023. Dengan adanya lomba ini harapannya dapat menjadi wadah bagi mahasiswa untuk menyalurkan dan mengukur kemampuan dalam bidang pembawa acara.

 

Perlombaan ini diadakan secara luring yang dibagi menjadi 2 babak, pada babak 1 telah dilaksanakan pada Sabtu (28/10/2023) di ruang Cine Club FBSB, Universitas Negeri Yogyakarta. Pada babak 2 akan dilaksanakan pada Sabtu (5/11/2023) di  Gedung Pusat Layanan Akademik (PLA) FBSB, Universitas Negeri Yogyakarta. Lomba pembawa acara menghadirkan tiga juri yang berkompeten dan berpengalaman di bidang pembawa acara. Juri pertama merupakan dosen PBSI UNY sekaligus pengajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) yakni Ibu Dr. Ari Kusmiatun, S.Pd., M.Hum. Kemudian, juri kedua yakni M. Happy Alhaq, S.Pd yang merupakan alumni dari Prodi PBSI sekaligus MC dan Radio Announcer JB Radio. Juri yang ketiga yakni Saviera Zulykha Ajeng yang merupakan Runner Up Duta Bahasa DIY 2023.

 

Dewan Juri Lomba Pembawa Acara 


Dalam serangkaian kegiatan Lomba Pembawa Acara babak 1 diawali dengan pembukaan, sambutan dari Ketua HIMA PBSI UNY dan Ketua Pelaksana. Selanjutnya, pada inti acara menampilkan peserta pembawa acara untuk maju sesuai nomor urut masing-masing, yang sebelumnya sudah dibagi pada saat technical meeting. Setelah semua peserta maju, kegiatan selanjutnya yakni penilaian juri, ishoma, pengumuman peserta yang lolos 10 besar untuk lanjut ke babak 2, dan diakhiri dengan penutup.

Penanggung jawab Lomba Pembawa Acara 2023 Niken Yuni Astuti mengaku tersanjung atas antusiasme para peserta yang sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti perlombaan ini dan para peserta telah memberikan penampilan dengan sebaik-baiknya.

“Para peserta yang mengikuti perlombaan ini berasal dari berbagai perguruan tinggi di DIY. Terdapat mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Ahmad Dahlan, UIN Sunan Kalijaga, dan berbagai perguruan tinggi lainnya. Jumlah keseluruhan terdapat 38 peserta,” ujarnya.

 

Penampilan salah satu peserta

Niken Yuni Astuti selaku penanggung jawab Lomba Pembawa Acara 2023 memberikan harapannya kepada para peserta perlombaan.

“Semoga dengan adanya Lomba Pembawa Acara 2023 dapat menjadi ajang bagi para peserta pembawa acara untuk menunjukkan kemampuan mereka dan mengembangkan bakat mereka. Selain itu memiliki pengalaman public speaking, menambah relasi, memiliki branding diri untuk melatih public speaking. Oleh karena itu kami selaku panitia dalam acara Lomba Pembawa Acara 2023 ini mewadahi potensi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta dan Mahasiswa DIY sekitarnya,” tuturnya.

 

Foto bersama dengan salah satu peserta dan penanggung jawab lomba

Salah satu peserta yang mengikuti Lomba Pembawa Acara adalah Pertiwi Sukmawati. Pertiwi merupakan salah satu mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta. Pertiwi mengaku tertarik mengikuti acara perlombaan pembawa acara tersebut karena ia mengincar lomba-lomba seperti itu dari awal dan ia rekatkan serta bulatkan niat dari hati untuk mengikutinya dan ia juga beranggapan bahwa perlombaan ini cocok untuknya karena ia seorang mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Setelah mengikuti lomba Pembawa acara ia merasa sangat senang serta mengapresiasi HIMA PBSI UNY yang telah sukses mengadakan perlombaan. Menurutnya, ketika ia menjadi peserta, ia merasa senang karena telah mendapat banyak ilmu, bertemu banyak orang hebat, memperluas relasi dengan teman dari berbagai perguruan tinggi di DIY dan juga sebagai refreshing dari tugas-tugas yang menumpuk yang membuatnya stress, sehingga ia meluapkan di lomba pembawa acara ini.

Sebagai penutup wawancara, Pertiwi juga memberikan pesan kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu, ”Jangan pernah menyiakan kesempatan, jangan pernah takut untuk memulai sesuatu dan jangan pernah menjadikan kemenangan itu sebagai orientasi atau tujuan untuk mengikuti sesuatu, ikutlah sesuatu karena memang itu dari niat hati kamu dan memang kamu ingin membentuk diri kamu sendiri, seperti kata yang selalu saya pegang dari awal sampai akhir perkuliahan ini adalah terbentur, terbentur, terbentur, dan terbentuk. Jadi kita harus terbentur dulu baru nanti kita bakal terbentuk menjadi pribadi yang lebih baik dengan isi kepala yang lebih baik dan juga tentunya dengan bekal yang lebih baik”, pesannya.

 

 

 

Rabu, 01 November 2023

Artikel Ilmiah "Rumah Adat Kalimantan Selatan"

Rumah Adat Bubungan Tinggi di Kalimantan Selatan

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budayanya. Setiap provinsi pasti memiliki keberagaman masing-masing. Salah satu bentuk keberagaman itu adalah rumah adat. Setiap rumah adat yang ada diberbagai provinsi pasti memiliki bentuk yang berbeda-beda. Salah satu rumah adat yang ada di Indonesia yaitu Rumah Adat Bubungan Tinggi di Kalimantan Selatan.

 Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi yang ada di pulau Kalimantan. Kalimantan Selatan memiliki beragam kebudayaan seperti pakaian adat, tarian tradisional, hingga rumah adat. Kalimantan Selatan terbagi menjadi dua suku, yaitu suku Dayak dan Banjar. Dayak merupakan penduduk asli sebelum kedatangan orang Melayu, sedangkan Banjar merupakan perpaduan antara penduduk asli dan pendatang Melayu yang telah memeluk islam. Kedua suku ini turut mewarnai keberagaman budaya di Indonesia. Rumah adat ini termasuk budaya yang masih ada di Kalimantan Selatan. Semuanya tidak lepas dari peranan masing-masing suku yang memberikan berbagai ragam budayanya. Begitu juga dengan suku Banjar, Kalimantan Selatan yang memperlihatkan kebudayaannya melalui rumah adatnya.  

                                         Gambar 1. Rumah Bubungan Tinggi

Sumber : https://images.app.goo.gl/

 

Rumah adat Banjar di Kalimantan Selatan disebut dengan Rumah Bubungan Tinggi yang memiliki sejumlah filosofi yang unik dan serat makna. Rumah Bubungan Tinggi merupakan rumah tradisional tertua suku Banjar di Kalimantan Selatan dan dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis inilah rumah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas Provinsi Kalimantan Selatan. Dinamakan Rumah Bubungan Tinggi karena pada bagian atap langit rumah tersebut berbentuk atap pelana yang sangat tingi. Awalnya Rumah Bubungan Tinggi ini merupakan rumah kesultanan yang ada di Kalimantan Selatan.


                                       Gambar 2. Rumah Bubungan Tinggi di daerah rawa

Sumber : https://www.mentayaniira.wordpress.com

            Rumah adat tradisional Banjar,Kalimantan Selatan ini pertama kali dibuat di alam yang berawa-rawa ditepi sungai. Hal tersebut membuat bangunan dibuat dengan lantai yang tinggi. Bangunan rumah adat ini diperkirakan sudah ada sejak abad 16. Namun dengan perkembangan zaman rumah adat berubah bentuk dengan adanya tambahan pada samping kiri dan samping kanan.

                                     Gambar 3. Rumah Bubungan Tinggi dari samping

Sumber : https://images.app.goo.gl/

Arsitektur tradisional Banjar merupakan hasil kebudayaan yang sangat bijaksana, khususnya dalam mengungkapkan kondisi lingkungan alam sekitar dimana arsitektur tersebut lahir. Juga terdapat muatan budaya yang sangat tinggi yang diungkapkan secara simbolis yang sangat didasari atas kepercayaan atas ajaran agama. Adapun peninggalan arsitektur Masyarakat Banjar yang masih ada, salah satunya adalah tipe Rumah Bubungan Tinggi yang ada di Desa Teluk Selong Ulu, kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar. (Mentayani, 2008).

Rumah Bubungan Tinggi mirip dengan Rumah Tradisional Betawi yang disebut Rumah Bapang, tetapi pada Rumah Bubungan Tinggi dibangun dengan konstruksi panggung dan memiliki anjung pada kiri dan kanan bangunannya yang mirip dengan rumah adat maanyan.

Rumah Bubungan Tinggi menjadi ciri arsitektur yang mewakili kebudayaan suku Banjar di Kalimantan Selatan. Bubungan Tinggi merupakan rumah bagi raja-raja suku Banjar yang telah menjadi wajah yang melambangkan kebudayaan di Kalimantan Selatan. Bubungan Tinggi menjadi rumah hunian raja yang masih ditempati dan dimiliki oleh keturunannya, meskipun saat ini kesultanan tidak lagi berada di daerah Kalimantan Selatan. Dalam perkembangannya, bubungan tinggi menjadi bentuk perumahan yang banyak diadopsi karena kemegahannya dan kualitasnya.

Rumah Adat Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos di dalam sistem makrokosmos yang besar. Penghuni seakan-akan berada di dunia tengah yang diapit oleh dunia atas yang dilambangkan dengan atap atau bubungan dan dunia bawah yang dilambangkan dengan bentuk rumah panggung atau barumahan. Dimana mereka hidup dalam keluarga yang besar sedang kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah yang melambangkan Mahatala dan Jatha ( suami dan istri ). Atap rumah bubungan tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan citra dasar yang menjadi ciri khas yang dominan dari jenis rumah Banjar ini yang memiliki filosofi perlambang “Pohon Hayat” yang merupakan lambang kosmis. Pohon Hayat merupakan simbol kesatuan dimensi-dimensi dari satu kesatuan semesta. Selain itu kemiringan atap yang lebih dari 45 derajat juga melambangkan “Payung” sebagi unsur kebangsawanan yang biasanya menggunakan payung untuk menaungi raja.

Adapun dari Faktor lingkungan alam yang basah diantisipasi dengan adanya teras atau palataran pada bagian paling depan. Teras ini dapat juga dipandang sebagai halaman rumah, sebab di daerah yang tergenang air atau rawa tidak mungkin memiliki halaman untuk beraktifitas. Tamu yang datang terlebih dahulu harus membersihkan kaki di bagian surambi muka. Hal ini karena umumnya tanah yang basah/berlumpur menyebabkan kaki kotor. Di teras bagian pertama (surambi muka) disediakan sebuah tempat air untuk mencuci kaki yang disebut balanai atau disebut juga pambasuhan. Selain bagian teras atau palataran, salah satu yang menjadi ciri khas rumah Bubungan Tinggi adalah terdapat anjung. Wujud bentuk rumah yang simetris yang terlihat pada bentuk sayap bangunan (Anjung) yang terdiri atas anjung kanan dan anjung kiri sekilas mirip dengan bentuk rumah adat tradisional suku Dayak. Oleh karena itu di lingkungan lokal, rumah ini biasa disebut dan dikenal sebagai rumah baanjung, atau dapat diartikan rumah yang memiliki anjung. Anjung merupakan ruang yang berada di samping kiri dan kanan dan terlihat dengan jelas dari bagian depan. Anjung sehari-hari berfungsi sebagai tempat tidur, istirahat, beribadah, dan menyimpan perlengkapan pribadi.

Gambar 4. Nama bagian dari rumah adat

Sumber : https://www.5minvideo.id.com

Rumah Bubungan Tinggi ini terbuat dari bahan kayu karena faktor alam Kalimantan Selatan yang dipenuhi dengan hutan yaitu kelimpahan kayu ulin. Kontruksi rumah adat Banjar terdiri atas  beberapa bagian. Yang pertama yaitu bangunan yang memanjang lurus kedepan merupakan bangunan induk. Kedua, bangunan yang menempel disebelah kanan dan kiri yang disebut dengan nama Anjung. Ketiga, bangunan atap yang tinggi melancip yang disebut dengan bubungan tinggi. Keempat, bubungan atap sengkuap yang memanjang ke depan yang disebut atap sindang langit. Dan yang terakhir yaitu bubungan atap yang memanjang ke belakang yang disebut dengan atap hambin awan.

 

Gambar 5. Denah Rumah Bubungan Tinggi

Sumber : https://ww.blogspot.com

            Ruangan pertama pada rumah adat ini adalah Palataran. Palatarn merupakan ruang pertama setelah menaiki tangga masuk. Kedua yaitu Panampak Kacil yang merupakan ruang tamu kecil setelah memasuki Pintu Hadapan. Ketiga Panampak Tangah yang berarti ruang tamu utama yang menghadapi dinding tengah dan merupakan ruang tamu yang lebih luas. Kemudian Palidangan yaitu ruang bagian rumah yang berbatas dengan panampik basar. Lantai palidangan sama dengan lantai panampik basar. Yang selanjutnya yaitu Anjung Kanan dan Anjung Kiri. Ruang Anjung kanan merupakan ruang istirahat yang dilengkapi dengan alat rias dan perlengkapan untuk beribadah. Sedangkan Anjung Kiri merupakan tempat melahirkan. Ketujuh yaitu Panampik Bawah yang berarti ruangan dalam yang cukup luas dengan permukaan lantai lebih rendah dari lantai palidangan  dan tingginya sama dengan lantai panampik tangah. Yang terakhir yaitu padapuran, merupakan ruangan terakhir bagian belakang bangunan. Pernukaan lantainya lebih rendah dari panampik bawah, Padapuran ini berfungsi untuk tempat masak dan mengeringkan kayu api.

Keberadaan rumah adat Banjar di Kalimantan Selatan ini perlu dijaga keasliannya. Karena rumah adat ini merupakan keberagaman yang menambah kekayaan budaya Indonesia. Dengan kekayaan ini, Indonesia bisa menjadi bangsa yang dikenal akan nilai budayanya di kancah Internasional dan mancanegara.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, D. 2021. Kumpulan Gambar Rumah Adat Kalimantan Selatan dengan Oenamen dan Bentuk yang Khas. Diakses dari https://5minvideo.id/  pada tanggal 16 Desember 2022

Alfari, S. 2016. Rumah Baanjung, Rumah Tradisional Suku Banjar.  Diakses dari https://www.arsitag.com/   pada tanggal 16 Desember 2022

Aqli, W. (2011). Anatomi Bubungan Tinggi Sebagai Rumah Tradisional Utama Dalam Kelompok Rumah Banjar. Jurnal Arsitektur NALARs. Vol. 10. No. 1. Pp. 71–82. Diakses dari   https://jurnal.umj.ac.id/ pada tanggal 16 Desember 2022

Bpcbkaltimm. 2017. Rumah Tradisional Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku. Diakses dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ pada tanggal 15 Desember 2022

Dahliani. 2014. Eksistensi Rumah Tradisional Banjar Sebagai Identitas Kawasan Bersejarah Di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin. Vol.14. No. 1. Diakses dari file:///C:/Users/USER/Downloads/6551-13991-1-SM.pdf pada tanggal 16 Desember 2022

Mentayani, I. (2008). Analisis Asal Mula Arsitektur Banjar Studi Kasus : Arsitektur Tradisional Rumah Bubungan Tinggi. Jurnal Teknik Sipil Dan Perencanaan. Vol. 10. No. 1. pp. 1–12. Diakses dari https://203.189.120.189/ejournal/index.php/tsp/article/view/17325.com pada tanggal 15 Desember 2022

REVIU NOVEL - Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit

SABDA PALON: PUDARNYA SURYA MAJAPAHIT

DAMAR SHASHANGKA



Identitas Buku

Judul Buku : SABDA PALON: Pudarnya Surya Majapahit

Pengarang : Damar Shashangka

Penerbit : Dolphin

Tahun Terbit : 2016

Tebal Buku : 463 Halaman

ISBN : 978-602-6799-01-2

Ringkasan Buku

            Novel karya Damar Shashangka yang berjudul Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit ini menceritakan seorang saudagar Tionghoa yang mempersembahkan putrinya yang jelita, Siu Ban Ci, kepada Bhre Kertabhumi, putra mahkota Majapahit pada tahun 1454 Masehi. Penguasa yang menyukai Wanita-wanita cantik itu langsung tergoda dan menyelirnya, tanpa menghiraukan nasihat Sabda Palon, punakawannya yang sakti dan setia. Dari mata batinnya, Sabda Palon melihat bahwa asal mula Putri Cina itulah kelak akan terjadi kehancuran Majapahit. Karena api cemburu Putri Champa Dewi Amaravati, Siu Ban Ci dibuang ke Palembang saat sudah hamil 3 (tiga) bulan.

            6 (enam) bulan kemudian, di Palembang Siu Ban Ci telah melahirkan seorang putra dari benih Adipati Arya Damar dan diberi nama Kinsan. Seperti halnya kangmas kandungnya, Jinbun, Kinsan pun memiliki nama Arab, Raden Hussain.

            Di Kedhaton Keling, Dewi Amarawati dan Bhre Kertabhumi sedang bahagia mengudang Dyah Hayu Ratna Pambayun, anak pertama mereka. Dewi Amarawati merasa bangga karena sudah bisa membuktikan kepada suaminya bahwa dirinya bukanlah wanita mandul. Di Tarub, Raden Bondhan Kajawan hidup dengan tenang. Kepatuhan dan kecerdasannya memikat hati Ki Gedhe Tarub. Bahkan semakin hari anak muda itu terlihat semakin dekat dengan Rara Nawangsih. Niat hati Ki Gedhe Tarub untuk mengawinkan mereka semakin kuat. Sedangkan di Nagaradipa, rencana pernikahan antara Ratu Kalungsu dan Jaka Kalana dipersiapkan dengan meriah.

            Saat Siu Ban Ci melahirkan putranya tadi, seperti sebuah pertanda dari semesta, hujan badai melanda Palembang dan Majapahit.  sungai Musi dan Brantas meluap seketika. Banjir besar terjadi di Sumatra dan Jawa pada saat yang sama. Malam berikutnya, ketika air bah belum juga surut, di angkasa bulan tampak lebih besar dari biasanya. Sebutir bintang bersinar terang tepat di dekat rembulan. Pada hari berikutnya, matahari tampak redup. Tiada mendung di angkasa, namun matahari seolah kehilangan dayanya. Para pandhita Siwa Buddha melihat sebuah tengara zaman baru: Surya Majapahit bakal pudar, berganti Bulan dan Bintang. Ajaran lama akan sirna, berganti ajaran baru dari tanah Arabia.

Posisi Karya dalam Dunia Sastra Indonesia

            Novel ini merupakan salah satu novel yang mampu mengungkap sejarah masa lampau tepatnya sebelum fase kehancuran kerajaan Majapahit pada tahun 1373-1380 Saka atau 1451-1457 Masehi. Novel ini sangat berperan penting untuk mengungkap berbagai peristiwa besar dan fenomena apa saja yang terjadi pasca berangkatnya Bathara             Ring Majapahit (Raja Sawardhana). Novel ini pernah dinobatkan sebagai salah satu novel Best Seller (terbaik) di tingkat nasional pada tahun 2016. Secara umum novel Sabda Palon Pudarnya Surya Majapahit mendorong kita semua untuk mengenal lebih jauh tentang sosok Semar dan Sabda Palon yang begitu melegenda khususnya pada masyarakat Jawa penganut aliran kejawen yang masih mempercayai dan meyakini bahwa kedua sosok tersebut adalah ruh dan pelindungnya Nusantara. Novel ini berisi tentang peringatan bahwa kehancuran kerajaan Majapahit sudah ditentukan, merujuk pada ramalan Sabda Palon dan tanda yang datang dari alam itu sendiri.

Ulasan terhadap Pengarang dan Posisi dalam Konteks Sastra Indonesia

Damar Shashangka ( Anton M. Maharani ) lahir di Malang pada tanggal 8 April 1980. Kelahirannya di keluarga Kejawen membuatnya sangat tertarik kepada mistisisme dan spiritualis semenjak kecil. Saat masih berumur belasan tahun, ia memperoleh sebuah visi bahwa suatu saat dirinya bakal menulis banyak buku tentang sejarah dan ajaran-ajaran di Nusantara. Ia menulis novel berseri Sabda Palon, yang berkisah tentang Kehancuran Majapahit dan berkuasanya Islam di bumi Nusantara. Karya-karyanya selalu menjadi referensi berharga tentang sejarah Nusantara berikut ajaran-ajaran kunonya. Novel sejarah yang sudah lahir dari tangannya adalah: Sabda Palon 1 (Kisah Nusantara yang Disembunyikan), Sabda Palon 2 (Roh Nusantara dan Orang-orang Atas Angin), Sabda Palon 3 (Geger Majapahit), Sabda Palon 4 (Pudarnya Surya Majapahit), Sabda Palon 5 (Tonggak Bumi Jawa), dan Wali Sanga. Selain menulis novel sejarah, dia juga aktif menerjemah dan mengulas naskah Jawa. Beberapa naskah Jawa yang telah diterjemah dan diulasnya adalah: Ilmu Jawa Kuno (Sanghyang Tattwajnana Nirmala Narwaruci), Darmagandhul (Kisah Kehancuran Jawa dan Ajaran-Ajaran Rahasia), Gatholo (Rahasia Ilmu Sejati dan Asmaragama), Induk Ilmu Kejawen (Wirid Hidayat Jati).

            Mitos yang berkembang dalam novel Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit karya Damar Shashangka merujuk pada kepercayaan masyarakat terhadap sang penguasa roh nusantara yang disinyalir dapat memberikan arahan, tuntunan dan peringatan kepada orang-orang tertunjuk. Sejarah telah menggambarkan secara nyata bagaimana sikap dan mentalitas orang Jawa dalam mempertahankan budaya dan keyakinan yang mereka anut, khususnya terhadap hal-hal bersifat magis dan supranatural. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya para penganut aliran kejawen yang memegang teguh keyakinan dan prinsip ajaran leluhur.

            Hubungan karya sastra dan kehidupan memiliki ikatan yang cukup erat, karena fungsi sastra adalah bagaimana melibatkan dirinya ditengah kehidupan masyarakat. Adapun karya sastra yang mengangkat tema keteguhan dan ketekunan orang Jawa dalam mempertahankan kepercayaan yang dianut yaitu dalam novel ini yang berjudul Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit karya Damar Shashangka.

 

Karya-karya lainnya dari Damar Shashangka

            Selain novel Sabda Palon 4: Pudarnya Surya Majapahit, Damar Shashangka juga memiliki beberapa novel lainnya. Adapun judul novelnya sebagai berikut :

1.      Sabda Palon 1: Kisah Nusantara Yang Disembunyikan (2011)                     

2.      Sabda Palon 2:            Roh Nusantara dan Orang-Orang Atas Angin (2012)           

3.      Sabda Palon 3:            Geger Majapahit (2013)                                            

4.      Sabda Palon 5:            Tonggak Bumi Jawa (2015)                          

5.      Ilmu Jawa Kuno (2015)                                             

6.      Gatholoco (2013)                                                       

7.      Darmagandhul (2015)                                   

8.      Induk Ilmu Kejawen (2014)                          

9.      Wali Sanga (2012)

10.  Rara Anggraeni (2016)

11.  Ken Angrok (2019)

12.  Suluk Tambangraras (2016)

13.  Serat Dewa Ruci (2019)

14.  Lemah Abang (2020)

Tanggapan Masyarakat terhadap Karya Damar Shashangka

            Novel ini banyak di sukai oleh masyarakat dan juga mendapat ilmu bagi pembaca walaupun novel ini ada yang bilang rumit tapi mudah untuk di pahami. Novel ini juga memiliki keterkaitan dengan mitos atau kepercayaan masyarakat terhadap makhluk halus seperti halnya Semar dan Sabda Palon. Kedua tokoh ini menjadi fenomenal karena merupakan pamongnya para ksatria agung di Nusantara, salah satunya Bhre Kertabhumi yang diberikan petunjuk tentang gambaran peristiwa besar yang akan terjadi dimasa yang akan datang pasca Pudarnya Surya Majapahit. Petunjuk inilah yang kemudian dipercayai dan diyakini oleh masyarakat.

            Dalam menghadirkan hal magis pada narasi realisme magis, Damar Shashangka tidak hanya sekedar memperlihatkan eksistensi mitos atau kepercayaan masyarakat Jawa khususnya terhadap dunia mistik, terbukti dengan tetap dipegang teguhnya tradisi dan prinsip dasar dari ajaran leluhur yang tergambar melalui pandangan dunia masyarakat yang selalu terikat dengan kekuatan magis, kekuatan alam, benda pusaka dan kharisma seseorang penguasa yang di dukung oleh kekuatan magis.

  





Daftar Pustaka :

Fatma Dewi, S. 2019. Politik Kekuasaan Girisawardhana Dalam Novel Sabda Palon Pudarnya Surya Majapahit Karya Damar Shashangka. Jurnal Ilmu Sastra. Diakses dari https://magistraandalusia.fib.unand.ac.id pada tanggal 26 Mei 2023

Rosa, S. & Surya Dewi, F. 2020. Memahami Tanda-Tanda Kehancuran Kerajaan Majapahit Dalam Novel Sabda Palon Pudarnya Surya Majapahit: Tragedi Cinta Selir Cina. ATAVISME. Diakses dari https://atavisme.kemendikbud.go.id pada tanggal 26 Mei 2023

Shasangka, D. 2016. SABDA PALON: Pudarnya Surya Majapahit. Dolphin.

 

PUISI IBU

 


Bidadari Tak Bersayap

Dyah Ayufitria Riskaputri N

 

Kelembutan hatimu membuatku menjadi terpana

Melihat indahnya rembulan,

Seperti memandang indahnya wajahmu yang mempesona

 

Engkau memang tak bersayap

Tapi hatimu telah membuat ku melayang terbang

Ke dunia yang indah yang tak pernah ku bayangkan

Tertawa bersama dengan hati yang senang

 

Walaupun terkadang aku pernah membantahmu

Tapi hatimu tak pernah berhenti menyayangiku

Dirimu tak pernah lelah menjagaku

Engkaulah lentera hidupku

 

Engkau memang bukan bidadari

Tapi denganmu cukup memberikan arti padaku

Kelembutan hatimu yang selalu membuat wajahku berseri

Engkaulah yang selalu hadir disetiap detikku

 

Sungguh, engkau bidadari tak bersayapku

Kuat dalam menghadapi ini semua

Menghadapi kehidupan yang begitu nyata

Merasakan pahitnya kehidupan yang ada

 

Terima kasih bidadari tak bersayapku

Karena mu aku telah berjatuh hati

Aku berharap engkau bisa menemaniku

Sampai akhir nanti

PUISI - Ramadhan


 

Bulan suci

Dyah Ayufitria Riskaputri N

 

Kini bulan telah berganti

Hilal bersimpul, tersenyum mentari

Bulan suci dambaan hati

Bagi setiap insan yang menanti

 

Cahaya mulia menyambangi hari

Ikhlas menjalani perintah ilahi

Jiwa raga pancarkan kasih nurani

Pijarkan putih cahaya rohani

 

Menumpas nafsu nan meraja

Menahan lapar dan haus yang mendera

Seluas samudra kesabaran teruji

Lisan terjaga dari perkataan yang keji

 

Sajadah tergelar

Hilangkan rasa mungkar

Tafakur walau terasa sukar

Menjadikan kita orang sadar

 

Analisis Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam

  https://www.goodreads.com 1. Sinopsis “Para Priyayi” karya Umar Kayam      Wanagalih adalah sebuah ibu kota kabupaten yang hadir sejak per...