Rabu, 01 November 2023

Artikel Ilmiah "Rumah Adat Kalimantan Selatan"

Rumah Adat Bubungan Tinggi di Kalimantan Selatan

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan budayanya. Setiap provinsi pasti memiliki keberagaman masing-masing. Salah satu bentuk keberagaman itu adalah rumah adat. Setiap rumah adat yang ada diberbagai provinsi pasti memiliki bentuk yang berbeda-beda. Salah satu rumah adat yang ada di Indonesia yaitu Rumah Adat Bubungan Tinggi di Kalimantan Selatan.

 Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi yang ada di pulau Kalimantan. Kalimantan Selatan memiliki beragam kebudayaan seperti pakaian adat, tarian tradisional, hingga rumah adat. Kalimantan Selatan terbagi menjadi dua suku, yaitu suku Dayak dan Banjar. Dayak merupakan penduduk asli sebelum kedatangan orang Melayu, sedangkan Banjar merupakan perpaduan antara penduduk asli dan pendatang Melayu yang telah memeluk islam. Kedua suku ini turut mewarnai keberagaman budaya di Indonesia. Rumah adat ini termasuk budaya yang masih ada di Kalimantan Selatan. Semuanya tidak lepas dari peranan masing-masing suku yang memberikan berbagai ragam budayanya. Begitu juga dengan suku Banjar, Kalimantan Selatan yang memperlihatkan kebudayaannya melalui rumah adatnya.  

                                         Gambar 1. Rumah Bubungan Tinggi

Sumber : https://images.app.goo.gl/

 

Rumah adat Banjar di Kalimantan Selatan disebut dengan Rumah Bubungan Tinggi yang memiliki sejumlah filosofi yang unik dan serat makna. Rumah Bubungan Tinggi merupakan rumah tradisional tertua suku Banjar di Kalimantan Selatan dan dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis inilah rumah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas Provinsi Kalimantan Selatan. Dinamakan Rumah Bubungan Tinggi karena pada bagian atap langit rumah tersebut berbentuk atap pelana yang sangat tingi. Awalnya Rumah Bubungan Tinggi ini merupakan rumah kesultanan yang ada di Kalimantan Selatan.


                                       Gambar 2. Rumah Bubungan Tinggi di daerah rawa

Sumber : https://www.mentayaniira.wordpress.com

            Rumah adat tradisional Banjar,Kalimantan Selatan ini pertama kali dibuat di alam yang berawa-rawa ditepi sungai. Hal tersebut membuat bangunan dibuat dengan lantai yang tinggi. Bangunan rumah adat ini diperkirakan sudah ada sejak abad 16. Namun dengan perkembangan zaman rumah adat berubah bentuk dengan adanya tambahan pada samping kiri dan samping kanan.

                                     Gambar 3. Rumah Bubungan Tinggi dari samping

Sumber : https://images.app.goo.gl/

Arsitektur tradisional Banjar merupakan hasil kebudayaan yang sangat bijaksana, khususnya dalam mengungkapkan kondisi lingkungan alam sekitar dimana arsitektur tersebut lahir. Juga terdapat muatan budaya yang sangat tinggi yang diungkapkan secara simbolis yang sangat didasari atas kepercayaan atas ajaran agama. Adapun peninggalan arsitektur Masyarakat Banjar yang masih ada, salah satunya adalah tipe Rumah Bubungan Tinggi yang ada di Desa Teluk Selong Ulu, kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar. (Mentayani, 2008).

Rumah Bubungan Tinggi mirip dengan Rumah Tradisional Betawi yang disebut Rumah Bapang, tetapi pada Rumah Bubungan Tinggi dibangun dengan konstruksi panggung dan memiliki anjung pada kiri dan kanan bangunannya yang mirip dengan rumah adat maanyan.

Rumah Bubungan Tinggi menjadi ciri arsitektur yang mewakili kebudayaan suku Banjar di Kalimantan Selatan. Bubungan Tinggi merupakan rumah bagi raja-raja suku Banjar yang telah menjadi wajah yang melambangkan kebudayaan di Kalimantan Selatan. Bubungan Tinggi menjadi rumah hunian raja yang masih ditempati dan dimiliki oleh keturunannya, meskipun saat ini kesultanan tidak lagi berada di daerah Kalimantan Selatan. Dalam perkembangannya, bubungan tinggi menjadi bentuk perumahan yang banyak diadopsi karena kemegahannya dan kualitasnya.

Rumah Adat Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos di dalam sistem makrokosmos yang besar. Penghuni seakan-akan berada di dunia tengah yang diapit oleh dunia atas yang dilambangkan dengan atap atau bubungan dan dunia bawah yang dilambangkan dengan bentuk rumah panggung atau barumahan. Dimana mereka hidup dalam keluarga yang besar sedang kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah yang melambangkan Mahatala dan Jatha ( suami dan istri ). Atap rumah bubungan tinggi dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan citra dasar yang menjadi ciri khas yang dominan dari jenis rumah Banjar ini yang memiliki filosofi perlambang “Pohon Hayat” yang merupakan lambang kosmis. Pohon Hayat merupakan simbol kesatuan dimensi-dimensi dari satu kesatuan semesta. Selain itu kemiringan atap yang lebih dari 45 derajat juga melambangkan “Payung” sebagi unsur kebangsawanan yang biasanya menggunakan payung untuk menaungi raja.

Adapun dari Faktor lingkungan alam yang basah diantisipasi dengan adanya teras atau palataran pada bagian paling depan. Teras ini dapat juga dipandang sebagai halaman rumah, sebab di daerah yang tergenang air atau rawa tidak mungkin memiliki halaman untuk beraktifitas. Tamu yang datang terlebih dahulu harus membersihkan kaki di bagian surambi muka. Hal ini karena umumnya tanah yang basah/berlumpur menyebabkan kaki kotor. Di teras bagian pertama (surambi muka) disediakan sebuah tempat air untuk mencuci kaki yang disebut balanai atau disebut juga pambasuhan. Selain bagian teras atau palataran, salah satu yang menjadi ciri khas rumah Bubungan Tinggi adalah terdapat anjung. Wujud bentuk rumah yang simetris yang terlihat pada bentuk sayap bangunan (Anjung) yang terdiri atas anjung kanan dan anjung kiri sekilas mirip dengan bentuk rumah adat tradisional suku Dayak. Oleh karena itu di lingkungan lokal, rumah ini biasa disebut dan dikenal sebagai rumah baanjung, atau dapat diartikan rumah yang memiliki anjung. Anjung merupakan ruang yang berada di samping kiri dan kanan dan terlihat dengan jelas dari bagian depan. Anjung sehari-hari berfungsi sebagai tempat tidur, istirahat, beribadah, dan menyimpan perlengkapan pribadi.

Gambar 4. Nama bagian dari rumah adat

Sumber : https://www.5minvideo.id.com

Rumah Bubungan Tinggi ini terbuat dari bahan kayu karena faktor alam Kalimantan Selatan yang dipenuhi dengan hutan yaitu kelimpahan kayu ulin. Kontruksi rumah adat Banjar terdiri atas  beberapa bagian. Yang pertama yaitu bangunan yang memanjang lurus kedepan merupakan bangunan induk. Kedua, bangunan yang menempel disebelah kanan dan kiri yang disebut dengan nama Anjung. Ketiga, bangunan atap yang tinggi melancip yang disebut dengan bubungan tinggi. Keempat, bubungan atap sengkuap yang memanjang ke depan yang disebut atap sindang langit. Dan yang terakhir yaitu bubungan atap yang memanjang ke belakang yang disebut dengan atap hambin awan.

 

Gambar 5. Denah Rumah Bubungan Tinggi

Sumber : https://ww.blogspot.com

            Ruangan pertama pada rumah adat ini adalah Palataran. Palatarn merupakan ruang pertama setelah menaiki tangga masuk. Kedua yaitu Panampak Kacil yang merupakan ruang tamu kecil setelah memasuki Pintu Hadapan. Ketiga Panampak Tangah yang berarti ruang tamu utama yang menghadapi dinding tengah dan merupakan ruang tamu yang lebih luas. Kemudian Palidangan yaitu ruang bagian rumah yang berbatas dengan panampik basar. Lantai palidangan sama dengan lantai panampik basar. Yang selanjutnya yaitu Anjung Kanan dan Anjung Kiri. Ruang Anjung kanan merupakan ruang istirahat yang dilengkapi dengan alat rias dan perlengkapan untuk beribadah. Sedangkan Anjung Kiri merupakan tempat melahirkan. Ketujuh yaitu Panampik Bawah yang berarti ruangan dalam yang cukup luas dengan permukaan lantai lebih rendah dari lantai palidangan  dan tingginya sama dengan lantai panampik tangah. Yang terakhir yaitu padapuran, merupakan ruangan terakhir bagian belakang bangunan. Pernukaan lantainya lebih rendah dari panampik bawah, Padapuran ini berfungsi untuk tempat masak dan mengeringkan kayu api.

Keberadaan rumah adat Banjar di Kalimantan Selatan ini perlu dijaga keasliannya. Karena rumah adat ini merupakan keberagaman yang menambah kekayaan budaya Indonesia. Dengan kekayaan ini, Indonesia bisa menjadi bangsa yang dikenal akan nilai budayanya di kancah Internasional dan mancanegara.

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, D. 2021. Kumpulan Gambar Rumah Adat Kalimantan Selatan dengan Oenamen dan Bentuk yang Khas. Diakses dari https://5minvideo.id/  pada tanggal 16 Desember 2022

Alfari, S. 2016. Rumah Baanjung, Rumah Tradisional Suku Banjar.  Diakses dari https://www.arsitag.com/   pada tanggal 16 Desember 2022

Aqli, W. (2011). Anatomi Bubungan Tinggi Sebagai Rumah Tradisional Utama Dalam Kelompok Rumah Banjar. Jurnal Arsitektur NALARs. Vol. 10. No. 1. Pp. 71–82. Diakses dari   https://jurnal.umj.ac.id/ pada tanggal 16 Desember 2022

Bpcbkaltimm. 2017. Rumah Tradisional Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku. Diakses dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ pada tanggal 15 Desember 2022

Dahliani. 2014. Eksistensi Rumah Tradisional Banjar Sebagai Identitas Kawasan Bersejarah Di Kelurahan Kuin Utara, Banjarmasin. Vol.14. No. 1. Diakses dari file:///C:/Users/USER/Downloads/6551-13991-1-SM.pdf pada tanggal 16 Desember 2022

Mentayani, I. (2008). Analisis Asal Mula Arsitektur Banjar Studi Kasus : Arsitektur Tradisional Rumah Bubungan Tinggi. Jurnal Teknik Sipil Dan Perencanaan. Vol. 10. No. 1. pp. 1–12. Diakses dari https://203.189.120.189/ejournal/index.php/tsp/article/view/17325.com pada tanggal 15 Desember 2022

3 komentar:

Analisis Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam

  https://www.goodreads.com 1. Sinopsis “Para Priyayi” karya Umar Kayam      Wanagalih adalah sebuah ibu kota kabupaten yang hadir sejak per...