Rumah Adat Bubungan Tinggi di Kalimantan Selatan
Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku dan
budayanya. Setiap provinsi pasti memiliki keberagaman masing-masing. Salah satu
bentuk keberagaman itu adalah rumah adat. Setiap rumah adat yang ada diberbagai
provinsi pasti memiliki bentuk yang berbeda-beda. Salah satu rumah adat yang
ada di Indonesia yaitu Rumah Adat Bubungan Tinggi di Kalimantan Selatan.
Kalimantan Selatan adalah salah satu provinsi yang ada di pulau Kalimantan. Kalimantan Selatan memiliki beragam kebudayaan seperti pakaian adat, tarian tradisional, hingga rumah adat. Kalimantan Selatan terbagi menjadi dua suku, yaitu suku Dayak dan Banjar. Dayak merupakan penduduk asli sebelum kedatangan orang Melayu, sedangkan Banjar merupakan perpaduan antara penduduk asli dan pendatang Melayu yang telah memeluk islam. Kedua suku ini turut mewarnai keberagaman budaya di Indonesia. Rumah adat ini termasuk budaya yang masih ada di Kalimantan Selatan. Semuanya tidak lepas dari peranan masing-masing suku yang memberikan berbagai ragam budayanya. Begitu juga dengan suku Banjar, Kalimantan Selatan yang memperlihatkan kebudayaannya melalui rumah adatnya.
Gambar 1. Rumah Bubungan Tinggi
Sumber
: https://images.app.goo.gl/
Rumah adat Banjar di Kalimantan Selatan disebut dengan Rumah Bubungan Tinggi yang memiliki sejumlah filosofi yang unik dan serat makna. Rumah Bubungan Tinggi merupakan rumah tradisional tertua suku Banjar di Kalimantan Selatan dan dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis inilah rumah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas Provinsi Kalimantan Selatan. Dinamakan Rumah Bubungan Tinggi karena pada bagian atap langit rumah tersebut berbentuk atap pelana yang sangat tingi. Awalnya Rumah Bubungan Tinggi ini merupakan rumah kesultanan yang ada di Kalimantan Selatan.
Gambar 2. Rumah Bubungan Tinggi di daerah rawa
Sumber
: https://www.mentayaniira.wordpress.com
Rumah adat tradisional Banjar,Kalimantan Selatan ini pertama kali dibuat di alam yang berawa-rawa ditepi sungai. Hal tersebut membuat bangunan dibuat dengan lantai yang tinggi. Bangunan rumah adat ini diperkirakan sudah ada sejak abad 16. Namun dengan perkembangan zaman rumah adat berubah bentuk dengan adanya tambahan pada samping kiri dan samping kanan.
Gambar
3. Rumah Bubungan Tinggi dari samping
Sumber
: https://images.app.goo.gl/
Arsitektur
tradisional Banjar merupakan hasil kebudayaan yang sangat bijaksana, khususnya
dalam mengungkapkan kondisi lingkungan alam sekitar dimana arsitektur tersebut
lahir. Juga terdapat muatan budaya yang sangat tinggi yang diungkapkan secara
simbolis yang sangat didasari atas kepercayaan atas ajaran agama. Adapun
peninggalan arsitektur Masyarakat Banjar yang masih ada, salah satunya adalah
tipe Rumah Bubungan Tinggi yang ada di Desa Teluk Selong Ulu, kecamatan
Martapura, Kabupaten Banjar. (Mentayani, 2008).
Rumah
Bubungan Tinggi mirip dengan Rumah Tradisional Betawi yang disebut Rumah
Bapang, tetapi pada Rumah Bubungan Tinggi dibangun dengan konstruksi panggung
dan memiliki anjung pada kiri dan kanan bangunannya yang mirip dengan rumah
adat maanyan.
Rumah
Bubungan Tinggi menjadi ciri arsitektur yang mewakili kebudayaan suku Banjar di
Kalimantan Selatan. Bubungan Tinggi merupakan rumah bagi raja-raja suku Banjar
yang telah menjadi wajah yang melambangkan kebudayaan di Kalimantan Selatan.
Bubungan Tinggi menjadi rumah hunian raja yang masih ditempati dan dimiliki
oleh keturunannya, meskipun saat ini kesultanan tidak lagi berada di daerah
Kalimantan Selatan. Dalam perkembangannya, bubungan tinggi menjadi bentuk
perumahan yang banyak diadopsi karena kemegahannya dan kualitasnya.
Rumah
Adat Bubungan Tinggi merupakan lambang mikrokosmos di dalam sistem makrokosmos
yang besar. Penghuni seakan-akan berada di dunia tengah yang diapit oleh dunia
atas yang dilambangkan dengan atap atau bubungan dan dunia bawah yang
dilambangkan dengan bentuk rumah panggung atau barumahan. Dimana mereka hidup
dalam keluarga yang besar sedang kesatuan dari dunia atas dan dunia bawah yang
melambangkan Mahatala dan Jatha ( suami dan istri ). Atap rumah bubungan tinggi
dengan atapnya yang menjulang ke atas merupakan citra dasar yang menjadi ciri
khas yang dominan dari jenis rumah Banjar ini yang memiliki filosofi perlambang
“Pohon Hayat” yang merupakan lambang kosmis. Pohon Hayat merupakan simbol kesatuan dimensi-dimensi
dari satu kesatuan semesta. Selain itu kemiringan atap yang lebih dari 45
derajat juga melambangkan “Payung” sebagi unsur kebangsawanan yang biasanya
menggunakan payung untuk menaungi raja.
Adapun dari Faktor lingkungan alam yang basah
diantisipasi dengan adanya teras atau palataran pada bagian paling depan. Teras
ini dapat juga dipandang sebagai halaman rumah, sebab di daerah yang tergenang
air atau rawa tidak mungkin memiliki halaman untuk beraktifitas. Tamu yang
datang terlebih dahulu harus membersihkan kaki di bagian surambi muka. Hal ini
karena umumnya tanah yang basah/berlumpur menyebabkan kaki kotor. Di teras
bagian pertama (surambi muka) disediakan sebuah tempat air untuk mencuci kaki yang
disebut balanai atau disebut juga pambasuhan. Selain bagian teras atau
palataran, salah satu yang menjadi ciri khas rumah Bubungan Tinggi adalah
terdapat anjung. Wujud bentuk rumah yang simetris yang terlihat pada bentuk
sayap bangunan (Anjung) yang terdiri atas anjung kanan dan anjung kiri sekilas
mirip dengan bentuk rumah adat tradisional suku Dayak. Oleh karena itu di lingkungan
lokal, rumah ini biasa disebut dan dikenal sebagai rumah baanjung, atau dapat
diartikan rumah yang memiliki anjung. Anjung merupakan ruang yang berada di
samping kiri dan kanan dan terlihat dengan jelas dari bagian depan. Anjung
sehari-hari berfungsi sebagai tempat tidur, istirahat, beribadah, dan menyimpan
perlengkapan pribadi.
Gambar
4. Nama bagian dari rumah adat
Sumber
: https://www.5minvideo.id.com
Rumah
Bubungan Tinggi ini terbuat dari bahan kayu karena faktor alam Kalimantan
Selatan yang dipenuhi dengan hutan yaitu kelimpahan kayu ulin. Kontruksi rumah
adat Banjar terdiri atas beberapa
bagian. Yang pertama yaitu bangunan yang memanjang lurus kedepan merupakan
bangunan induk. Kedua, bangunan yang menempel disebelah kanan dan kiri yang
disebut dengan nama Anjung. Ketiga, bangunan atap yang tinggi melancip yang
disebut dengan bubungan tinggi. Keempat, bubungan atap sengkuap yang memanjang
ke depan yang disebut atap sindang langit. Dan yang terakhir yaitu bubungan
atap yang memanjang ke belakang yang disebut dengan atap hambin awan.
Gambar
5. Denah Rumah Bubungan Tinggi
Sumber : https://ww.blogspot.com
Ruangan
pertama pada rumah adat ini adalah Palataran. Palatarn merupakan ruang pertama
setelah menaiki tangga masuk. Kedua yaitu Panampak Kacil yang merupakan ruang
tamu kecil setelah memasuki Pintu Hadapan. Ketiga Panampak Tangah yang berarti
ruang tamu utama yang menghadapi dinding tengah dan merupakan ruang tamu yang
lebih luas. Kemudian Palidangan yaitu ruang bagian rumah yang
berbatas dengan panampik basar. Lantai
palidangan sama dengan lantai panampik basar. Yang selanjutnya yaitu Anjung
Kanan dan Anjung Kiri. Ruang Anjung kanan merupakan ruang istirahat yang
dilengkapi dengan alat rias dan perlengkapan untuk beribadah. Sedangkan Anjung
Kiri merupakan tempat melahirkan. Ketujuh yaitu Panampik Bawah yang berarti
ruangan dalam yang cukup luas dengan permukaan lantai lebih rendah dari lantai
palidangan dan tingginya sama dengan
lantai panampik tangah. Yang terakhir yaitu padapuran, merupakan ruangan
terakhir bagian belakang bangunan. Pernukaan lantainya lebih rendah dari
panampik bawah, Padapuran ini berfungsi untuk tempat masak dan mengeringkan
kayu api.
Keberadaan rumah adat Banjar di Kalimantan Selatan ini
perlu dijaga keasliannya. Karena rumah adat ini merupakan keberagaman yang
menambah kekayaan budaya Indonesia. Dengan kekayaan ini, Indonesia bisa menjadi
bangsa yang dikenal akan nilai budayanya di kancah Internasional dan
mancanegara.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, D. 2021. Kumpulan Gambar Rumah
Adat Kalimantan Selatan dengan Oenamen dan Bentuk yang Khas. Diakses dari https://5minvideo.id/ pada tanggal 16 Desember 2022
Alfari, S. 2016. Rumah Baanjung, Rumah Tradisional
Suku Banjar. Diakses dari https://www.arsitag.com/ pada
tanggal 16 Desember 2022
Aqli, W. (2011). Anatomi Bubungan Tinggi
Sebagai Rumah Tradisional Utama Dalam Kelompok Rumah Banjar. Jurnal
Arsitektur NALARs. Vol. 10. No. 1. Pp. 71–82. Diakses dari https://jurnal.umj.ac.id/
pada
tanggal 16 Desember 2022
Bpcbkaltimm. 2017. Rumah Tradisional
Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku. Diakses dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ pada
tanggal 15 Desember 2022
Dahliani. 2014. Eksistensi Rumah
Tradisional Banjar Sebagai Identitas Kawasan Bersejarah Di Kelurahan Kuin
Utara, Banjarmasin. Vol.14. No. 1. Diakses dari file:///C:/Users/USER/Downloads/6551-13991-1-SM.pdf pada
tanggal 16 Desember 2022
Mentayani, I. (2008). Analisis Asal Mula
Arsitektur Banjar Studi Kasus : Arsitektur Tradisional Rumah Bubungan Tinggi. Jurnal
Teknik Sipil Dan Perencanaan. Vol. 10. No. 1. pp. 1–12. Diakses dari https://203.189.120.189/ejournal/index.php/tsp/article/view/17325.com pada
tanggal 15 Desember 2022
.jpg)




penasaran banget
BalasHapusRasanya ingin ke sanaa
BalasHapuswah jadi tahu tentang rumah adat bubungan tinggi
BalasHapus