SABDA
PALON: PUDARNYA SURYA MAJAPAHIT
DAMAR
SHASHANGKA
Identitas Buku
Judul Buku : SABDA PALON: Pudarnya Surya Majapahit
Pengarang
: Damar Shashangka
Penerbit
: Dolphin
Tahun
Terbit : 2016
Tebal Buku : 463 Halaman
ISBN : 978-602-6799-01-2
Ringkasan Buku
Novel karya Damar Shashangka yang berjudul Sabda Palon:
Pudarnya Surya Majapahit ini menceritakan seorang saudagar Tionghoa yang
mempersembahkan putrinya yang jelita, Siu Ban Ci, kepada Bhre Kertabhumi, putra
mahkota Majapahit pada tahun 1454 Masehi. Penguasa yang menyukai Wanita-wanita
cantik itu langsung tergoda dan menyelirnya, tanpa menghiraukan nasihat Sabda
Palon, punakawannya yang sakti dan setia. Dari mata batinnya, Sabda Palon
melihat bahwa asal mula Putri Cina itulah kelak akan terjadi kehancuran
Majapahit. Karena api cemburu Putri Champa Dewi Amaravati, Siu Ban Ci dibuang
ke Palembang saat sudah hamil 3 (tiga) bulan.
6 (enam)
bulan kemudian, di Palembang Siu Ban Ci telah melahirkan seorang putra dari
benih Adipati Arya Damar dan diberi nama Kinsan. Seperti halnya kangmas
kandungnya, Jinbun, Kinsan pun memiliki nama Arab, Raden Hussain.
Di
Kedhaton Keling, Dewi Amarawati dan Bhre Kertabhumi sedang bahagia mengudang
Dyah Hayu Ratna Pambayun, anak pertama mereka. Dewi Amarawati merasa bangga
karena sudah bisa membuktikan kepada suaminya bahwa dirinya bukanlah wanita
mandul. Di Tarub, Raden Bondhan Kajawan hidup dengan tenang. Kepatuhan dan
kecerdasannya memikat hati Ki Gedhe Tarub. Bahkan semakin hari anak muda itu
terlihat semakin dekat dengan Rara Nawangsih. Niat hati Ki Gedhe Tarub untuk
mengawinkan mereka semakin kuat. Sedangkan di Nagaradipa, rencana pernikahan
antara Ratu Kalungsu dan Jaka Kalana dipersiapkan dengan meriah.
Saat Siu
Ban Ci melahirkan putranya tadi, seperti sebuah pertanda dari semesta, hujan
badai melanda Palembang dan Majapahit. sungai Musi dan Brantas meluap seketika.
Banjir besar terjadi di Sumatra dan Jawa pada saat yang sama. Malam berikutnya,
ketika air bah belum juga surut, di angkasa bulan tampak lebih besar dari
biasanya. Sebutir bintang bersinar terang tepat di dekat rembulan. Pada hari
berikutnya, matahari tampak redup. Tiada mendung di angkasa, namun matahari
seolah kehilangan dayanya. Para pandhita Siwa Buddha melihat sebuah tengara
zaman baru: Surya Majapahit bakal pudar, berganti Bulan dan Bintang. Ajaran
lama akan sirna, berganti ajaran baru dari tanah Arabia.
Posisi Karya dalam Dunia Sastra Indonesia
Novel
ini merupakan salah satu novel yang mampu mengungkap sejarah masa lampau
tepatnya sebelum fase kehancuran kerajaan Majapahit pada tahun 1373-1380 Saka
atau 1451-1457 Masehi. Novel ini sangat berperan penting untuk mengungkap
berbagai peristiwa besar dan fenomena apa saja yang terjadi pasca berangkatnya
Bathara Ring Majapahit (Raja
Sawardhana). Novel ini pernah dinobatkan sebagai salah satu novel Best Seller
(terbaik) di tingkat nasional pada tahun 2016. Secara umum novel Sabda Palon
Pudarnya Surya Majapahit mendorong kita semua untuk mengenal lebih jauh tentang
sosok Semar dan Sabda Palon yang begitu melegenda khususnya pada masyarakat
Jawa penganut aliran kejawen yang masih mempercayai dan meyakini bahwa kedua
sosok tersebut adalah ruh dan pelindungnya Nusantara. Novel ini berisi tentang
peringatan bahwa kehancuran kerajaan Majapahit sudah ditentukan, merujuk pada
ramalan Sabda Palon dan tanda yang datang dari alam itu sendiri.
Ulasan terhadap Pengarang dan Posisi dalam Konteks Sastra Indonesia
Damar Shashangka ( Anton M. Maharani ) lahir di Malang
pada tanggal 8 April 1980. Kelahirannya di keluarga Kejawen membuatnya sangat
tertarik kepada mistisisme dan spiritualis semenjak kecil. Saat masih berumur belasan
tahun, ia memperoleh sebuah visi bahwa suatu saat dirinya bakal menulis banyak
buku tentang sejarah dan ajaran-ajaran di Nusantara. Ia menulis novel berseri
Sabda Palon, yang berkisah tentang Kehancuran Majapahit dan berkuasanya Islam
di bumi Nusantara. Karya-karyanya selalu menjadi referensi berharga tentang
sejarah Nusantara berikut ajaran-ajaran kunonya. Novel sejarah yang sudah lahir
dari tangannya adalah: Sabda Palon 1 (Kisah Nusantara yang Disembunyikan),
Sabda Palon 2 (Roh Nusantara dan Orang-orang Atas Angin), Sabda Palon 3 (Geger
Majapahit), Sabda Palon 4 (Pudarnya Surya Majapahit), Sabda Palon 5 (Tonggak
Bumi Jawa), dan Wali Sanga. Selain menulis novel sejarah, dia juga aktif
menerjemah dan mengulas naskah Jawa. Beberapa naskah Jawa yang telah diterjemah
dan diulasnya adalah: Ilmu Jawa Kuno (Sanghyang Tattwajnana Nirmala Narwaruci),
Darmagandhul (Kisah Kehancuran Jawa dan Ajaran-Ajaran Rahasia), Gatholo
(Rahasia Ilmu Sejati dan Asmaragama), Induk Ilmu Kejawen (Wirid Hidayat Jati).
Mitos
yang berkembang dalam novel Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit karya Damar
Shashangka merujuk pada kepercayaan masyarakat terhadap sang penguasa roh
nusantara yang disinyalir dapat memberikan arahan, tuntunan dan peringatan
kepada orang-orang tertunjuk. Sejarah telah menggambarkan secara nyata
bagaimana sikap dan mentalitas orang Jawa dalam mempertahankan budaya dan
keyakinan yang mereka anut, khususnya terhadap hal-hal bersifat magis dan
supranatural. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya para penganut aliran kejawen
yang memegang teguh keyakinan dan prinsip ajaran leluhur.
Hubungan
karya sastra dan kehidupan memiliki ikatan yang cukup erat, karena fungsi
sastra adalah bagaimana melibatkan dirinya ditengah kehidupan masyarakat.
Adapun karya sastra yang mengangkat tema keteguhan dan ketekunan orang Jawa
dalam mempertahankan kepercayaan yang dianut yaitu dalam novel ini yang
berjudul Sabda Palon: Pudarnya Surya Majapahit karya Damar Shashangka.
Karya-karya lainnya dari Damar Shashangka
Selain novel Sabda Palon 4: Pudarnya Surya Majapahit,
Damar Shashangka juga memiliki beberapa novel lainnya. Adapun
judul novelnya sebagai berikut :
1.
Sabda
Palon 1: Kisah Nusantara Yang Disembunyikan (2011)
2. Sabda
Palon 2: Roh Nusantara dan
Orang-Orang Atas Angin (2012)
3. Sabda
Palon 3: Geger Majapahit
(2013)
4.
Sabda
Palon 5: Tonggak Bumi Jawa
(2015)
5. Ilmu
Jawa Kuno (2015)
6. Gatholoco
(2013)
7. Darmagandhul (2015)
8. Induk
Ilmu Kejawen (2014)
9. Wali
Sanga (2012)
10. Rara
Anggraeni (2016)
11. Ken
Angrok (2019)
12. Suluk
Tambangraras (2016)
13. Serat
Dewa Ruci (2019)
14. Lemah
Abang (2020)
Tanggapan
Masyarakat terhadap Karya Damar Shashangka
Novel ini banyak
di sukai oleh masyarakat dan juga mendapat ilmu bagi pembaca walaupun novel ini
ada yang bilang rumit tapi mudah untuk di pahami. Novel ini juga memiliki
keterkaitan dengan mitos atau kepercayaan masyarakat terhadap makhluk halus
seperti halnya Semar dan Sabda Palon. Kedua tokoh ini menjadi fenomenal karena
merupakan pamongnya para ksatria agung di Nusantara, salah satunya Bhre
Kertabhumi yang diberikan petunjuk tentang gambaran peristiwa besar yang akan
terjadi dimasa yang akan datang pasca Pudarnya Surya Majapahit. Petunjuk inilah
yang kemudian dipercayai dan diyakini oleh masyarakat.
Dalam menghadirkan hal magis pada
narasi realisme magis, Damar Shashangka tidak hanya sekedar memperlihatkan
eksistensi mitos atau kepercayaan masyarakat Jawa khususnya terhadap dunia
mistik, terbukti dengan tetap dipegang teguhnya tradisi dan prinsip dasar dari
ajaran leluhur yang tergambar melalui pandangan dunia masyarakat yang selalu
terikat dengan kekuatan magis, kekuatan alam, benda pusaka dan kharisma
seseorang penguasa yang di dukung oleh kekuatan magis.
Daftar
Pustaka :
Fatma Dewi, S. 2019. Politik Kekuasaan
Girisawardhana Dalam Novel Sabda Palon Pudarnya Surya Majapahit Karya Damar
Shashangka. Jurnal Ilmu Sastra. Diakses dari https://magistraandalusia.fib.unand.ac.id pada
tanggal 26 Mei 2023
Rosa, S. &
Surya Dewi, F. 2020. Memahami Tanda-Tanda Kehancuran Kerajaan Majapahit Dalam
Novel Sabda Palon Pudarnya Surya Majapahit: Tragedi Cinta Selir Cina. ATAVISME.
Diakses dari https://atavisme.kemendikbud.go.id pada
tanggal 26 Mei 2023
Shasangka, D.
2016. SABDA PALON: Pudarnya Surya Majapahit. Dolphin.
jadi penasaran baca ini
BalasHapusterlihat menarik ini
BalasHapusCeritanya bagus!
BalasHapusMenarik kayaknya
BalasHapusKeren
BalasHapus