Senin, 18 Desember 2023

Analisis Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam

 

https://www.goodreads.com

1. Sinopsis “Para Priyayi” karya Umar Kayam

    Wanagalih adalah sebuah ibu kota kabupaten yang hadir sejak pertengahan abad ke-19. Kota kecil yang gersang dan sangat panas. Di tengah-tengah Wanagalih ada sebuah jalan, Jalan Setenan namanya. Di situlah asal-usul kisah para priyayi-priyayi dimulai. Kisah ini dimulai dari sebuah keluarga priyayi yang bernama Sastrodarsono. Sastrodarsono yang nama aslinya adalah Soedarsono merupakan anak tunggal dari Atmokasan, dan embahnya bernama Martodikromo, serta pakdenya bernama Kusuma. Bapaknya adalah seorang petani desa Kedungsimo. Keluarganya merupakan keluarga petani, tidak ada di antara mereka yang berhasil menjadi priyayi, namun embahnya selalu berpesan agar anak-anaknya tidak puas hanya menjadi petani saja, ia sangat berharap agar anak-anaknya bisa menjadi priyayi, namun kenyataanya tidak ada satupun anaknya yang berhasil menamatkan sekolah termasuk bapak Soedarsono. Soedarsono adalah seorang anak petani Kedungsimo yang berhasil menjadi seorang guru bantu di Ploso berkat bantuan dan dorongan untuk sekolah dari Asisten Wedana Ndoro Seten. Dialah orang pertama dalam keluarganya yang berhasil calon priyayi, karena jika dia rajin dan setia kepada gupermen, maka dia akan diangkat menjadi guru penuh sekolah desa. Hal ini sangat membahagiakan orang tuanya. Orang tuanya pun segera memilihkan calon jodoh yang tepat untuk anaknya yang sudah menjadi priyayi kecil itu. Siti Aisah atau biasa dipanggil Dik Ngaisah nama perempuan yang dijodohkan oleh orang tuanya itu. Setelah beranjak tua nama Soedarsono diubah menjadi Sastrodarsono. Mereka memiliki tiga orang anak, yang pertama bernama Noegroho, yang kedua Hadjojo dan yang bungsu Soemini. Anak-anak mereka disekolahkan di HIS Wanagalih dan yang laki-laki melanjutkan di Kweekschool, sekolah guru di Yogya. Sedangkan Soemini setelah tamat HIS akan dinikahkan dengan seorang mantri polisi di Kawedanan Karangelo yang akan naik pangkat menjadi Asisten Wedana muda bernama Raden Harjono, saudara jauh dari pihak Dik Ngaisah. Tetapi, sebelum menikah Soemini mempunyai keinginan untuk sekolah lagi di Van Devente, di Solo. Ketika tamat di sekolah Van Deventer itu, barulah Soemini menikah dengan Harjono. Karena hidup berkecukupan, Sastrodarsono merasa wajib membantu sanak saudaranya yang tidak mampu, dibawalah tiga keponakannya (Sri, Soedarmin, dan Soenandar) untuk ikut tinggal dan disekolahkan di Wanagalih. Salah satu keponakannya Soenandar memiliki perangai yang berbeda dari yang lain, jail, nakal, dan selalu gagal dalam belajar. Suatu ketika Sastrodarsono mengutus Soenandar untuk mengurus sekolah yang didirikannya di Wanalawas, diharapkan agar Soenandar lebih mandiri dan dapat bertanggung jawab. Tapi Soenandar justru menghamili anak penjual tempe dan kabur.Lahirlah Wage yang kemudian diboyong ke Wanagalih, dirawat, dan disekolahkan, kemudian diganti namanya menjadi Lantip. Di kota itu Lantip sering teringat akan Mbah guru Sastrodarsono yang selalu memberikan nasihat pada seisi rumah setiap kali ia pulang dari pertemuan pagi. Lantip, nama aslinya adalah Wage karena lahir pada hari Sabtu Wage. Nama Lantip itu adalah sebuah nama pemberian dari keluarga Sastrodarsono saat Lantip tinggal di keluarga itu, yaitu di jalan Satenan di kota Wanagalih. Sebelumnya Lantip tinggal bersama Emboknya Desa Wanalawas yang hanya beberapa kilometer dari kota Wanagalih. Hubungan Embok Lantip dengan keluarga Sastrodarsono itu dimulai dari penjualan tempe. Rupanya tempe buatan Embok Lantip itu berkenan di hati keluarga Sastrodarsono. Buktinya kemudian tempe Embok itu jadi langganan keluarga tersebut. Soenandar yang jatuh cinta pada Ngadiyem ternyata adalah ayah Lantip, tetapi ia tidak mau mengakui kahamilan Ngadiyem Emboknya Lantip, bahkan ia minggat meninggalkan rumah Sastrodarsono yang akhirnya dapat diketahui dari laporan mantri polisi, Soenandar bergabung dengan gerombolan perampok yang dipimpin oleh Samin Genjik yang markasnya telah dibakar termasuk Seonandar yang dititipkan keluarganya kepada Sastrodarsono untuk menjadi priyayi juga hangus terbakar. Pada saat Jepang mulai masuk ke Indonesia, Lantip dikagetkan dengan sebuah teriakan dari Pak Dukuh, ia membawa kabar bahwa emaknya Ngadiyem meninggal dunia akibat keracunan jamur, ia pun merasa sedih dan terpukul mendengar kabar itu. Pada malam hari setelah emaknya dikubur, ia mulai membuka perbincangan dengan Pak Dukuh untuk menanyakan perihal siapakah bapaknya. Kemudian Pak Dukuh menceritakannya sesuai dengan kenyataan. Sesudah selamatan hari ketiga, Lantip dijemput kang Trimo untuk kembali ke Wanagalih. Selang beberapa hari, Jepang sudah mulai berkuasa, peraturannya semakin ketat dan keras, semua masyarakat harus bisa bahasa Jepang, sebelum proses pembelajaran dimulai semua guru dan siswa diwajibkan untuk ikut menyembah Tuhan mereka, yaitu matahari. Namun, karena merasa sudah pensiun dan tua, Sastrodarsono tidak mengikuti perintah itu, punggungnya sudah tidak bisa lagi digerakkan menunduk. Kabar bahwa Sastrodarsono tak mau menunduk itu pun akhirnya sampai ke telinga Tuan Sato, ia mendatangi rumah Sastrodarsono dan memaki-makinya, alhasil Sastrodarsono pun mendapatkan hadiah tempeleng dari si tuan Nippon. Kejadian itu membuatnya murung beberapa hari, sampai akhirnya anak dan cucu hadir ke rumah untuk menghibur Sastrodarsono. Hardjojo melihat Lantip dan Gus Hari makin lama makin akrab, apalagi ketika mereka berkunjung ke Wanagalih, akhirnya ia memutuskan untuk mengangkat Lantip sebagai anak asuh. Setelah pulang dari menghibur bapaknya, Noegroho kembali menjalani aktivitasnya menjadi seorang guru. Pada suatu hari tiba-tiba datang surat panggilan untuk menjadi tentara PETA (Pembela Tanah Air). Akhirnya ia pun menyanggupi panggilan itu dan harus berlatih di Bogor. Sesudah ia selesai menjalani latihan di Bogor, ia akhirnya pulang dan mengajak anak, istri, serta adik-adiknya untuk berkumpul di Wanagalih menjenguk orang tuanya. Mereka ingin sekali mendengar cerita dari Noegroho bagaimana proses pelatihan menjadi tentara PETA. Pada waktu itu, Indonesia bisa dikatakan sedang genting keadaan dan situasinya, muncullah pergerakan PKI yang bertindak dengan tak berperikemanusiaan. Ketika Lantip masih berada di Jakarta bersama keluarga Noegroho, ia mendapat kabar bahwa eyang putri (Ngaisah, istri Sastrodarsono) meninggal dunia, mereka pun langsung bergegas menuju Wanagalih. Ngaisah meninggal karena penyakit liver, ia tampak lebih muda dan meninggal dengan sebuah senyum di bibir manisnya. Sastrodarsono merasa sangat sedih, ia harus kehilangan seorang wanita yang sangat dicintainya, seorang wanita yang sudah menemaninya selama kurang lebih lima puluhan tahun, seorang wanita yang selalu menjadi sayap untuknya yaitu dik Ngaisah istri tercintanya. Ngaisah meninggal pada saat berusia kurang lebih tujuh puluh tahun. Sepeninggalannya eyang putri, kesehatan eyang kakung semakin memburuk. Suatu hari, pohon nangka kesukaan Sastrodarsono akhirnya tumbang, ia memerintahkan keluarganya untuk membagi-bagikan apa yang ada pada pohon itu, baik daun maupun buah dan batangnya. Pohon nangka itu merupakan bukti sejarah hidupnya, dimana semua lika-liku perjalanan hidup ketika di Wanagalih terekam oleh si pohon nangka. Peristiwa tumbangnya pohon nangka itu dilanjutkan meninggalnya Sastrodarsono. Semua keluarga sangat sedih dan terpukul. Ketika pemakaman, diharuskan pihak keluarga menyampaikan pidatonya, Noegroho yang ditunjuk mewakili keluarga agar berpidato menyampaikan pesan dan kesan terhadap bapaknya itu pun menolak, ia ingin agar generasi mudalah yang menyampaikan pidato itu, dan ia menunjuk Harimurti, Harimurti yang merasa tidak pantas menyampaikan pidato akhirnya menolak dengan halus dan mengusulkan agar Lantip yang menyampaikan pidato itu. Ia menganggap bahwa Lantip adalah orang yang pantas berpidato, selama ini dialah orang yang selalu membantu keluarga besar Sastrodarsono hingga Sastrodarsono meninggal.


2. Analisis “Para Priyayi” karya Umar Kayam

a. Tema

Tema pada novel Para Priyayi karya Umar Kayam adalah priyayi yang sesungguhnya adalah orang yang tidak hanya mengutamakan kedudukan atau jabatan melainkan orang yang juga memikirkan kehidupan rakyat kecil.

b. Tokoh

 Wage dan Lantip berwatak yang baik, cerdas, penurut, suka menolong, rajin, dan berbakti kepada kedua orang tu.

 Embah kakung/ Sastrodarsono berwatak setia, berwibawa, baik, rajin, dan suka menasehati.

 Siti Aisyah berwatak murah senyum, setia, pekerja keras, baik hati, sabar

 Noegroho berwatak peduli, baik dan berwibawa

 Hardojo berwatak telaten, pantang menyerah, cerdas, dan sabar.

 Soemini berwatak rajin, keras kepala.

 Susanti berwatak pemikir, mudah khawatir

 Harjono Cokro Kusuma berwatak mudah terpengaruhi, tidak setia tetapi tanggung jawab

 Mbok Ngadiyem berwatak murah hati,sabar, telaten

 Mbok Soemo berwatak pendiam dan mudah putus asa

 Soenandar berwatak bertanggung jawab, jail

 Ngadiman berwatak penakut, pemalu, bertanggung jawab

 Sri dan Damin berwatak baik hati

 Suhartono berwatak pemberani, rajin

 Sri Sumaryati berwatak sombong, keras kepala

 Sutomo berwatak pilih kasih

 Sumarti berwatak baik hati, sopan

 Harimurti berwatak baik dan mudah terpengaruh

 Gadis berwatak rajin, cerdas, emosional

 Halimah berwatak baik dan peduli

 Maridjan berwatak kurang sopan

 Ndoro seten berwatak baik hati dan peduli

 Maria berwatak penurut, lapang dada

 Soeminah berwatak humoris, baik hati dan peduli

 Atmokasan berwatak baik hati dan berwibawa

 Franciscus berwatak sinis dan tidak sopan

 Kentus berwatak pantang menyerah, rajin

 Kang Man, Kang Trimo, Mbok Nem, dan Lik Paerah berwatak penurut, sopan, dan telaten

 Martoadmojo berwatak baik hati, tabah

 Mortokebo berwatak jahat dan tidak sopan

 Haji Mansur berwatak agamis, baik hati

 Dokter Soedrajat berwatak baik dan peduli

 Pak Dukuh berwatak baik hati dan peduli

 Mukarom berwatak baik dan penyayang

 Tuan Sato berwatak jahat dan egois

 Pak Naryo berwatak baik hati, jujur

 Suminten berwatak sabar

 Kyai Jagosimo berwatak sangat sakti

 Eyang Kusumo Laku Broto berwatak sakti dan ampuh

 Semin Genjik berwatak jahat dan tidak berperikemanusiaan

 Keluarga Sumarti dan Nunuk berwatak baik dan penyayang

 Ketua Gepermen berwatak jahat

 Mener Soedirjo berwatak ,urah hati

c. Alur

Alur pada novel Para Priyayi adalah alur campuran karena peristiwa yang terjadi tidak diceritakan secara runtut mulai dari awal hingga akhir.

d. Latar

Latar pada novel para Priyayi karya Umar Kayam. Latar Tempat adalah di Madiun (Wanagalih, Pasar Wanagalih, Pendapa Kabupaten, Jalan Setenen atau rumah Sastrodarsono, Wanalawas, Karangelo, Karang Dompol, Jogorogo, Kedung Simo, Stasiun Paliyan, Taman Sriwedari), Solo, Yogyakarta (Wonosari Gunung Kidul, Lapangan Maguwo, Jebukan Bantul), Jakarta, serta Plantungan, Semarang. Latar Waktu pagi,siang,sore dan malam. Latar Suasana serius, menyedihkan, menegangkan, mengecewakan, dan mengkhawatirkan.

e. Amanat

Amanat yang dapat diambil dari novel tersebut yaitu ketika kita telah menjadi seorang yang sukses jangan pernah melupakan orang-orang yang telah membantu kita meraih kesuksesan itu, selalu menghargai orang lain, tidak sombong atas kedudukannya, berbakti kepada kedua orang tua, berpikir sebelum melakukan sesuatu.


Senin, 11 Desember 2023

Analisis Cerpen Anak Kebanggaan Karya A. A Navis

https://kompasiana.com

Sinopsis cerpen “Anak Kebanggan” karya A.A Navis

    Ompi adalah seorang duda yang ditinggal mati oleh istrinnya, selain itu Ompi juga seorang yang kaya raya. Setelah kepergian istrinnya, Ompi hanya tinggal dengan anak semata wayangnnya yaitu, Indra Budiman. Ompi berangan-angan anaknya menjadi seorang dokter. Akhirnnya, Indra Budiman pergi ke Jakarta untuk melanjutkan studi SMA disana. Semenjak itu, Ompi yakin anaknya akan menjadi seorang dokter. Dan benarlah. Setiap semester Indra Budiman mengirim rapor dengan nilai-nilai yang baik. Ketika Ompi membaca surat anaknya yang memberitahukan kemajuannya, Ompi berlinang air mata. Ompi akan melakukan dan membayar sebanyak apa pun agar sang anak menjadi dokter. Semenjak itu, Ompi tidak sabar menunggu anaknya menjadi dokter. Semua orang tahu itu adalah cita-cita Ompi yang hanya akan menjadi mimpi. Indra Budiman selama ini berbohong kepada Ompi. Ompi tidak percaya dengan omongan orang-orang tentang anaknya. Ia terus mengirim banyak uang tanpa memikirkan akibatnya hanya untuk menentang omongan orang tentang anaknya.Orang-orang menjadi kasihan kepada Ompi. Suatu ketika, perasaan bangga Ompi berubah jadi rasa gelisah. Ompi gelisah karena surat-surat yang ia kirimkan kepada anaknnya, tidak ada satupun yang dibalas. Sudah beberapa bulan Ompi menunggu surat balasan dari Indra budiman tapi tak datang juga. Ompi putus asa. Saat itu juga Pak Pos datang membawa tumpukan surat Ompi yang dikembalikan. Ompi jatuh sakit. Hingga pada suatu hari, Pak Pos datang mengirimkan surat yang berisi kabar bahwa Indra Budiman sudah meninggal. Ompi tidak sanggup membaca dan mendengar isi surat itu karena ia tidak mau mati lemas karena bahagia mendapat surat dari anaknya.


Analisis cerpen “Anak Kebanggan” karya A.A Navis

a. Tema

Tema yang terdapat dalam cerpen “Anak Kebanggaan” karya A.A. Navis adalah harapan orang tua kepada anaknya. Peristiwa cerpen yang mendukung tema tersebut adalah namun dalam hati Ompi masih mengangankan suatu tambahan nama lagi di muka nama anaknya yang sekarang. Calon dari nama tambahan itu banyak sekali. Dan salah satunya harus dicapai tanpa peduli kekayaan akan punah. Tapi itu tak dapat dicapai dengan kenduri saja. Masa dan keadaanlah yang menentukan. Ompi yakin, masa itu pasti akan datang. Dan ia menunggu dnegan hati yang disabar- sabarkan. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti menjadi kenyataan. Dia yakin itu, bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya sekarang. Atau salah satu titel yang mentereng lainnya. Ketika Ompi mulai mengangankan nama tambahan itu, diambilnya kertas dan potlot. Di tulisnya nama anaknya, dr. Indra Budiman. Dan Ompi merasa bahagia sekali.

b. Tokoh

Tokoh dalam cerpen “Anak Kebanggaan” karya A.A. Navis yaitu :

  • Ompi : Penyayang, sombong, suka berbohong,dan suka bermimpi
  • Indra Budiman : Suka berbohong
  • Aku : Baik hati

c. Alur

Alur yang digunakan pengarang dalam cerpen “Anak Kebanggaan” karya A.A. Navis adalah alur maju. Hal tersebut sesuai dengan isi cerpen yang mulanya menceritakan tentang Ompi yang sering mengganti nama anaknya dengan berbagai alasan hingga akhirnya ompi larut dalam penantian menunggu surat anaknya.

d. Latar

Latar yang terdapat dalam cerpen “Anak Kebanggaan” adalah, Latar tempat yang ada dalam cerpen “Anak Kebanggaan” adalah teras rumah Ompi dan kamar Ompi. Latar waktu yang terdapat dalam cerpen “Anak Kebanggan” karya A.A. Navis adalah Siang hari. Latar suasana yang ada dalam cerpen “Anak Kebanggaan” karya A.A. Navis adalah menyenangkan, menyedihkan, mengharukan, mengesankan, dan menegangkan.

e. Amanat

Amanat yang terkandung dalam cerpen “Anak Kebanggaan” karya A.A. Navis, yaitu:

1. Janganlah menjadi orang yang sombong.

2. Jangan menjadi orang yang suka berbohong.

3. Jadilah orang yang baik dan suka menolong.

4. Jangan suka membuat orang tua kita khawatir.

5. Jadilah orang yang bisa membuat bangga orang tua.

6. Jangan menggunakan sesuatu yang baik untuk melakukan hal-hal yang tidak baik.

7. Berbaktilah kepada orang tua.

8. Jangan mensia-siakan pengorbanan orang tua untuk hal yang tidak baik.



Analisis Puisi Surat Dari Ibu Karya Asrul Sani

https://mengerti.id

 Surat Dari Ibu

Karya : Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang Pergi ke hidup bebas!

Selama angin masih angin buritan

Dan matahari pagi menyinar daun-daunan Dalam rimba dan padang hijau


Pergi ke laut lepas, anakku sayang Pergi ke alam bebas!

Selama hari belum petang,

Dan warna senja belum kemerah-merahan Menutup pintu waktu lampau


Jika bayang telah pudar

Dan elang laut pulang ke sarang Angin bertiup ke benua

Tiang-tiang akan kering sendiri Dan nahkoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku!


Kembali pulang, anakku sayang Kembali ke balik malam!

Jika kapalmu telah rapat ke tepi Kita akan bercerita:

“tentang cinta dan hidupmu pagi hari”


a. Diksi

Diksi pada puisi Surat Dari Ibu karya Asrul Sani adalah menggunakan kata yang berkaitan dengan alam.

b. Pencitraan (Pengimajian)

Citraan atau imaji pada puisi Surat Dari Ibu karya Asrul Sani ialah menggunakan citraan penglihatan, yang terbukti pada:

Dan warna senja belum kemerah-merahan 

Menutup pintu waktu lampau

Dan matahari pagi menyinar daun-daunan

 Dalam rimba dan padang hijau.

c. Gaya Bahasa/Majas

Gaya bahasa/ Majas pada puisi Surat Dari Ibu karya Asrul Sani terdapat majas berupa majas personifikasi. Yang terdapat pada bait ketiga pada kalimat Angin bertiup ke benua dan Tiang-tiang akan kering sendiri.

d. Tipografi

Tipografi pada puisi Surat Dari Ibu karya Asrul Sani yaitu penulisan puisinya berisi empat bait setiap bait terdapat empat baris kecuali bait ketiga yang memiliki enam baris.

e. Sajak

Sajak pada puisi Surat Dari Ibu karya Asrul Sani yaitu :

h. Bait pertama bersajak a-a-a-a-u

i. Bait kedua bersajak a-a-a-a-u

j. Bait ketiga bersajak a-a-a-i-a-u

k. Bait keempat bersajak a-a-i-a-i

f. Tema

Tema pada puisi Surat Dari Ibu karya Asrul Sani adalah pendidikan, yaitu nasihat seorang ibu kepada anaknya agar mengembara untuk mencari pengetahuan dan pengalaman sebanyak mungkin agar hidupnya dapat kokoh. Setelah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup, dinyatakan dengan "Jika bayang telah pudar/dan elang laut pulang ke sarang angin bertiup ke benua tiang-tiang akan kering sendiri dan nakhoda sudah tahu pedoman Boleh engkau datang padaku!" Pada bait terakhir, sang ibu meminta anaknya "pulang kembali ke balik malam untuk "bercerita tentang cinta dan hidupmu pagi hari".

g. Komentar

Dalam puisi Surat Dari Ibu karya Asrul Sani, menurut saya puisi ini sangat menarik dan membuat pembaca menjadi terharu dan terdapat pelajaran yang dapat diambil yaitu harapan ibu untuk anaknya dalam berjuang menyelami hidup dari tidak mempunyai apa-apa sampai berhasil menjadi orang sesuai dengan cita-cita seorang anak, anak tersebut tidak melupakan keluarga dan ibunya, yang akhirnya akan kembali lagi bercengkrama dengan ibunya. Seorang ibu tidak pernah menginginkan kesuksesan ataupun buah kesuksesan anaknya (berupa harta/uang). Seorang ibu akan cukup berbahagia jika anaknya masih mau meluangkan waktu berkumpul dengannya untuk sekedar bercerita tentang pengalaman hidupnya dan kesuksesannya. Maka, seorang anak hendaknya selalu menjaga hubungan baik dengan selalu memperhatikan orang tuanya.


Analisis Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono


https://gramedia.com

Hujan Bulan Juni

Karya Sapardi Djoko Damono

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya Kepada pohon berbunga itu


Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu


Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu


a. Diksi

Diksi pada puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono adalah kata-kata yang menunjukkan kedalaman makna. Kata yang sangat kuat adalah tabah, bijak, dan arif.

b. Pencitraan

Pencitraan pada puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yaitu citraan penglihatan dan citraan pendengaran. Salah satu baris yang paling kuat menunjukkan citraan penglihatan adalah pada baris :

Kepada pohon yang berbunga itu

Kondisi pohon yang berbunga dapat diketahui dengan indra penglihatan.

Dan pada citraan pendengaran terletak pada bait pertama, pada baris : Dirahasiakannya rintik rindunya

Rintik merupakan bunyi yang dapat ditangkap dengan indra pendengaran.

c. Gaya Bahasa/Majas

Pada puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono memiliki dua majas, yaitu majas personifikasi dan majas repetisi. Pada majas personifikasi seolah-olah hujan memiliki sifat tabah, bijak, dan arif seperti manusia. Yang mengandung majas personifikasi adalah pada baris pertama masing-masing bait.

d. Tipografi

Tipografi pada puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono terdiri dari tiga bait. Masing-masing baitnya memuat empat baris. Setiap baris terdiri atas empat sampai lima kat. Tiap baris memuat kurang dari 12 suku kata.

e. Sajak

Sajak pada puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono di dominasi dengan akhiran yang berbunyi (i) dan (u). Iramanya teratur dan rapi karena ada pengulanagan atau repetisi pada tiap bait. Baris ketiga dan keempat pada tiap bait mengandung repetisi.

f. Tema

Tema pada puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono yaitu mengenai perasaan yang tidak bisa tersampaikan. Perasaan pengarang berupa rasa rindu atau rasa cinta yang disembunyikan penyair kepada tambatan hatinya.



Analisis Novel Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari


https://www.insanayu.com

Novel ini menceritakan tentang perjalanan hidup Srintil yang terpilih menjadi seorang penari ronggeng di kampungnya dan keadaan itu mengubah jalan hidupnya dan juga kekasihnya. Rasus menjadi kecewa saat mengetahui Srintil yang baru berusia 11 tahun harus menjadi ronggeng. Sehingga Rasus tidak mau bermain dengan Srintil. Tema pada novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu Kasih Tak Sampai karena dalam cerita novel tersebut menceritakan tentang harapan ronggeng Srintil untuk dapat hidup bersama  dengan lelaki yang sangat dicintai dan didambakan sejak kecil, karena memang dia teman bermainnya, yaitu Rasus. Namun Rasus tidak mau menerima ajakan Srintil untuk menikah, karena bagi Rasus, Ronggeng adalah milik masyarakat, milik orang banyak, dan milik semua orang. Maka Rasus merasa sangat egois jika harus menikahi Srintil. Tokoh yang ada di dalam novel ini yaitu :

  • -          Srintil berwatak bersahabat, seorang ronggeng, agresif, dewasa
  • -          Rasus berwatak bersahabat, penyayang, pendendam, pemberani
  • -          Dursun berwatak bersahabat
  • -          Warta berwatak perhatian dan penghibur
  • -          Sakarya ( Kakek Srintil ) berwatak penyayang, tega
  • -          Ki Secamenggala berwatak sabar
  • -          Kartareja dan Nyai Kartareja berwatak mistis, egois
  • -          Sakum berwatak seorang yang hebat
  • -          Nenek Rasus berwatak linglung
  • -          Santayib ( Ayah Srintil ) berwatak bertanggung jawab, keras kepala
  • -          Istri Santayib berwatak keibuan, prihatin
  • -          Dower berwatak sabar
  • -          Sulam berwatak sombong
  • -          Siti berwatak alim
  • -          Sersan Slamet berwatak penyuruh, tegas
  • -          Kopral Pujo berwatak penakut
  • -          Tampi berwatak penyayang, sabar
  • -          Masusi berwatak jahat, pendendam
  • -          Diding berwatak patuh
  • -          Bajus berwatak tega
  • -          Pak Blengur berwatak penyayang
  • -          Lurah Pecikalan ( Kepala Desa ) berwatak bijaksana dan peduli

Alur yang digunakan pada novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu alur maju yang disertai dengan Kembali ke masa lalu, baik yang dialami tokoh utama atau pemeran lainnya. Dalam novel ini ditengah-tengah cerita novel menceritakan Kembali ke masa lalu yang sempat dialami oleh pemeran cerita. Seperti menceritakan Kembali terjadinya peristiwa tempe bongrek sebelas tahun yang lalu atau semasa bayinya srintil.

Latar pada novel Ronggeng Dukuh Paruk, Latar tempat pada novel yaitu di Dukuh paruk, Ladang/Kebun, Dibawah Pohon Nangka, Rumah Nyai Kartareja, Perkuburan, Pasar Dawuan, Di markas tentara, Di hutan, Rumah Sakarya, Rumah Nenek, Rumah Sakum, Rumah Tarim, Lapangan bola dekat kantor kecamatan Di Alaswangkal, Kantor polisi, Di penjara/tahanan, Di sawah, Di pantai, Di vila, dan Rumah Sakit. Latar Waktu pada novel adalah sore hari, Malam hari, dan Pagi hari. Latar Suasana pada yaitu tenang, tentram, gembira, bangga, Bahagia, tegang, dan genting.

Amanat atau pesan dari  novel Ronggeng Dukuh Paruk itu ialah agar kita semua mau dan mampu melihat seseorang itu tidak hanya dari luarnya saja melainkan juga dari dalamnya dari hatinya. Pesan lain seperti jangan menyia-nyiakan orang yang telah sepenuh hati mencintai kita, karena belum tentu suatu saat nanti kita dapat menemukan orang yang seperti itu. Dan adat bagaimanapun tetap harus berlaku dalam kehidupan yang menyakinkan, karena jika suatu daerah mempercayai adat yang berlaku, maka harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Karena pada setiap keyakinan pasti ada suatu hal yang akan terjadi jika suatu adat kebiasaan tidak dilaksanakan. Serta tidak mudah terpengaruh dengan keadaan duniawi karena suatu saat penyesalan akan dating dalam hidup, segala sesuatu akan kembali kepadaNya. Kehidupan fana dalam hura-hura dunia dapat mencekam masa depan.


Rabu, 06 Desember 2023

CERITA ANAK - KERA DAN BERUANG

 

KESETIAAN POPE KEPADA BURA

Dyah Ayufitria Riskaputri N


https://www.canva.com

Pada sebuah hutan hiduplah seekor kera yang bernama Pope dan sahabatnya seekor beruang bernama Bura. Bura dan Pope bersahabat sejak dulu, mereka selalu mencari makan bersama dan saling melindungi satu sama lain. Saat itu, musim dingin akan segera tiba dan musim panas akan berakhir. Pope mengajak Bura untuk mencari makan sebagai persediaannya di musim dingin kelak.

“Hai Bura ayo kita mencari makanan, kita harus mencari makanan di musim dingin nanti.”

“Aku mengantuk sekali Pope, aku besok saja”

“Bagaimana kalau besok musim dingin datang, nanti kau kehabisan makanan karena saat ini pasti banyak hewan-hewan yang sedang mengumpulkan makanan sebagai persediaan di musim dingin.”

“Tidak apa-apa kau duluan saja, aku nanti atau besok atau besoknya lagi saja, aku masih ingin bersantai-santai di sini.”

“Ya sudah Bura kalu begitu aku pergi dulu ya”

“Iya hati-hati di jalan”

Pope pun meninggalkan Bura yang tidak mau diajak untuk mencari makan bersama, Pope pun mencari makan sendiri di hutan.

https://www.canva.com

Ketika di jalan Pope bertemu dengan seekor burung nuri bernama Reri.

“Hai Pope, dimana Bura, kenapa dia tidak ikut mencari makan dengan mu ?”

“Hai Reri, tidak tahu, Bura masih ingin tidur, dia tidak mau aku ajak mencari makan.”

“Padahal persediaan semakin terbatas dan musim dingin sebentar lagi.”

“Aku juga sudah bilang seperti itu kepada Bura, tapi Bura masih ingin tidur.”

https://www.canva.com

Seluruh hewan-hewan di hutan sekarang sudah bersiap-siap untuk menyediakan makanan di musim dingin, mereka bekerja keras mengumpulkan makanan agar nanti di musim dingin tiba tidak harus keluar karena udara yang dingin mengganggu mereka  jika harus keluar dari rumah mereka. Mereka pun bersama-sama mencari makanan kecuali Bura, hanya Bura sendiri yang belum menyediakan makanan untuk musim dingin kelak.

https://www.canva.com

Dan ternyata benar, keesokan harinya musim dingin pun datang, salju berjatuhan. Bura sendirilah yang belum mendapatkan makanan, Bura kebingungan karena hampir semua makanan di hutan sudah habis dibawa oleh hewan-hewan yang lain. Sedangkan dia sekarang tidak punya makanan apa-apa. Dia kebingungan bagaimana caranya bisa makan nanti. Kemudian dia pun kembali ke sarangnya karena tak tahu dengan udara dingin di luar dan dinginnya salju yang menyerang udara saat itu. Bura termenung sendirian di sarangnya, dia bingung bagaimana caranya mendapatkan makanan, dia mulai kelaparan, akan tetapi dia tidak mampu untuk pergi keluar.

https://www.canva.com

Beruntung sekali dia mempunyai sahabat seperti Pope. Pope yang tahu jika Bura tidak memiliki makanan dan dia pun datang membawakannya makanan.

“Bura sudah kuduga jika kau tidak memiliki makanan. Aku yakin kau tidak punya makanan sehingga aku kesini membawakanmu makanan.”

“Sungguh baik sekali kau Pope, aku tak menyangka kau sangat perhatian denganku, padahal kemarin saat kau ajak aku untuk mencari makanan, aku tidak mau dan lebih memilih untuk tidur dan bermalas-malasan.”

“Sudahlah Bura, yang lalu biarlah berlalu, itu sebagai pembelajaran kamu saja agar tidak bermalas-malasan dan juga kau akan mempersiapkan apapun yang akan terjadi di masa depan. Jadi kita harus bekerja keras, jangan hanya bermalas-malasan dan menuruti ego yang hanya ingin tidur saja.”

“Baiklah pope aku tahu aku salah dan aku sangat berterima kasih kepadamu karena hanya kamu yang mau menyempatkan diri kesini untuk memberikanku makanan. Terimakasih sekali Pope kau memang sahabat ku yang paling baik.”

“Sudah, yang penting sekarang kita makan, ku tahu kau sangat lapar.”

“Betul sekali aku sudah sangat lapar.”

Mereka pun memakan makanan itu bersama-sama, karena memang mereka bersahabat dari dulu.

Analisis Alur Bab 4 Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer

 


Sumber: www.goodreads.com

Berikut adalah episode-episode dan peristiwa serta hubungan kausalitas  dari masing-masing episode dan peristiwa pada novel Bumi Manusia bab 4.

  1. Episode-episode dan peristiwa 

Episode 1: Minke mengunjungi kembali rumah Nyai Ontosoroh

1.      Annelies menyambut kedatangan Minke pada tangga depan rumah.

2.      Perasaan Minke timbul kembali seperti kedatangannya yang pertama yaitu seram dan merasa akan terjadi peristiwa aneh sehingga Minke juga harus waspada.

3.      Annelies membawa Minke masuk ke kamar yang dulu pernah ia tempati.

4.      Panggilan pertama kali Annelies kepada Minke dengan sebutan mas.

5.      Annelies membawa Minke keluar, melalui jalan beton dalam apitan gazon.


Episode 2: Minke menuangkan pikirannya tentang keluarga Nyai Ontosoroh

1.      Minke masuk ke kamar kemudian membuka buku catatan dan mulai menulis tentang keluarga aneh dan seram Nyai Ontosoroh.

2.      Nyai Ontosoroh mengungkapkan bahwa kedatangan Minke tak hanya membantu kelancaran perusahaan akan tetapi yang menjadi hal utama untuk kepentingan Annelies.

3.      Minke merasa dianggap sebagai keluarga akan tetapi dirinya masih merasa harus tetap waspada akan keluarga ini.

 

Episode 3: Minke bercerita tentang keluarga Jean Marais

1.      Saat makan malam ketakutan Minke tentang Robert dan Tuan Mellema mulai memudar.

2.      Minke merasa kagum dengan kepribadian Nyai Ontosoroh .

3.      Minke, Nyai Ontosoroh, dan Annelies menghabiskan waktu mereka dengan mendengarkan lagu-lagu Eropa.

4.      Saat mendengarkan lagu-lagu Eropa Minke teringat pada May Marais.

5.      Minke mulai menceritakan keluarga Jean Marais.

6.      Minke bertanya mengenai lulusan sekolah mana Nyai Ontosoroh.

7.      Minke terperanjat mendengar jawaban dari Nyai Ontosoroh.

 

Episode 4: Pandangan Minke terhadap Nyai Ontosoroh

1.      Pada malam itu Minke sulit tidur karena masih memikirkan tentang sosok Nyai Ontosoroh wanita yang luar biasa.

2.      Minke tak dapat memahami kekaguman apa yang ia rasakan terhadap Nyai Ontosoroh.

3.      Minke belum pernah menemukan wanita hebat seperti Nyai Ontosoroh.

4.      Minke mulai membandingkan Nyai Ontosoroh dengan Dara seorang putri Bupati J wanita pertama berdarah pribumi yang dapat menulis Belanda, Lulusan E.L.S.

5.      Minke meyakinkan diri bahwa ia harus percaya untuk dapat melakukan apa yang ia inginkan meskipun dalam taraf percobaan.

6.      Nyai Ontosoroh menjadi salah satu orang yang memotivasi Minke untuk terus menulis.

7.      Minke menulis dan mempelajari terkait keluarga aneh dan seram ini.


  1. Hubungan kausalitas dari masing-masing episode dan peristiwa

Novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer bab 4 pada episode 1 (satu)  tersebut memiliki hubungan kausalitas yaitu ketika Minke mengunjungi kembali rumah Nyai Ontosoroh. Pada saat itu perasaan Minke timbul kembali seperti kedatangannya yang pertama yaitu seram karena merasa akan terjadi peristiwa aneh sehingga Minke juga harus waspada, dan dalam hati Minke selalu memperingatkan untuk tidak lengah seperti dulu. Kemudian Annelies mengajak Minke keluar, mereka saling bertukar cerita dan disitu satu masalah sudah mulai timbul. Waktu Annelies duduk di kelas dua E.L.S mendadak semua menjadi berubah. Beberapa hari perusahaan tutup. Mama Annelies datang ke sekolah untuk menjemputnya, mengeluarkan Annelies dari sekolah untuk selama-lamanya. Annelies dikeluarkan dari sekolah karena ia harus membantu pekerjaan mamanya di perusahaan. Selain itu dikarenakan papa Annelies jarang pulang. Terkadang papanya pulang hanya untuk tidur sebentar kemudian pergi lagi. Sehingga seluruh tanggung jawab pekerjaan jatuh ke pundak Annelies dan Mamanya. Oleh karena itu jika papa Annelies tidak pergi dari rumah dan mau bertanggung jawab atas pekerjaan yang dirumah tidak akan terjadi masalah dan Annelies juga tidak akan dikeluarkan dari sekolah. 

Pada episode 2 (dua) juga memiliki hubungan kausalitas. Minke menuangkan pikirannya tentang keluarga Nyai Ontosoroh yaitu ketika kedatangan Minke tak hanya membantu kelancaran perusahaan akan tetapi yang menjadi hal utama untuk kepentingan Annelies bahwa dia juga mencintai Minke. Selain itu Minke juga sudah dianggap sebagai keluarga sendiri, tetapi ia harus tetap waspada dan selalu sopan karena Robert tentu akan membenci Minke sebagai pribumi tanpa harga. Tidak hanya Robert, Tuan Herman Mellema tentu akan menyembur Minke pada setiap kesempatan yang di dapatnya.

Episode 3 (tiga) Minke bercerita tentang keluarga Jean Marais. Pada episode ini memiliki hubungan kausalitas. Pada saat itu Minke, Nyai Ontosoroh, dan Annelies mendengarkan lagu-lagu Eropa. Minke kemudian teringat pada May Marais karena ia juga senang jika mendengarkan lagu-lagu Eropa. Sehingga saat itu Minke mulai bercerita tentang keluarga Jean Marais. Minke menceritakan pada suatu kali ia dengar bahwa regu Jean Marais mendapat perintah menyerbu sebuah kampung di Blang Kejeren. Setelah sampai disana ia dengan regunya memasuki rumah-rumah dan mengobrak-abrik apa yang bisa dirusak. Tiba-tiba muncul beberapa orang lelaki muda Aceh, menerjang dan mengamuk. Dan Jean Marais terjebak ranjau bambu. Sebilah yang runcing telah menembusi kakinya. Sehingga setelah lima belas hari kemudian mengakibatkan kaki Jean Marais terserang gangreen pada perbukuan lutut dan harus kehilangan sebelah kakinya yang dipotong di atas lutut.

Pada episode terakhir yaitu episode 4 (empat), pandangan Minke terhadap Nyai Ontosoroh juga memiliki hubungan kausalitas. Ketika malam itu Minke sulit untuk tidur karena ia memikirkan dan memahami sosok Nyai Ontosoroh yang merupakan wanita hebat dan luar biasa. Minke melihat Nyai Ontosoroh dari segi lain, yaitu dari segala apa yang ia mampu kerjakan dan bicarakan. Minke mengungkapkan bahwa ia belum pernah menemukan wanita hebat seperti Nyai Ontosoroh. Kemudian Minke mulai membandingkan Nyai Ontosoroh dengan Dara seorang putri Bupati J wanita pertama berdarah pribumi yang dapat menulis Belanda dan lulusan E.L.S. Disitu Minke mulai untuk meyakinkan diri bahwa ia harus percaya untuk dapat melakukan apa yang ia inginkan meskipun dalam taraf percobaan. Pada saat itu Nyai Ontosoroh menjadi salah satu orang yang memotivasi Minke untuk terus menulis dan mempelajari terkait keluarga aneh dan seram tersebut.

 

Analisis Novel Para Priyayi Karya Umar Kayam

  https://www.goodreads.com 1. Sinopsis “Para Priyayi” karya Umar Kayam      Wanagalih adalah sebuah ibu kota kabupaten yang hadir sejak per...